by El Ghibran on Wednesday, 21 December 2011 at 20:00
Padahal usiamu sudah tua tak terkirakan.
Kelaliman tak dipersoalkan, yg penting elok menggiurkan.
Kemungkaran, penindasan dan ketidakadilan sampai tak terkendalikan.
Benar-benar yg kurang menjadi wajar.
Dan sesuatu yg baik tercekik dan terkucilkan.
Kini aku baru paham maknanya, bahwa dunia tak lebih dari fatamorgana.
A. Tatkala manusia terjungkal dalam jurang nista.
Kejahatan telah mengakar di pusaran dunia.
Martabat manusia terbalut oleh rendahnya budaya.
Hingga sang surya dan penghias cakrawala.
Mencerca isi jagad raya.
Kala itu, lahirlah dari semenanjung Arabiya.
Seorang bayi yg telah menjadi pemimpin tiada dua.
B. Kegagahannya dapat meruntuhkan imperium Romawi dan Persia.
Ketabahan dan keagungan jiwanya.
Mampu menerjang badai yg menghadang di depannya.
Aneka ragam kebatilan, terpelanting dari peradabannya.
Martabat manusia kembali pada fitrahnya.
Dan cahaya islam-pun bersinar menerangi mayapada
A. Semenjak Nabi di nobatkan menjadi utusan Ilahi.
Semangat juangnya bak kobaran api.
Yang tak akan pernah berhenti dan mati.
Hingga tak sedikit diantara manusia.
Yang mulai berani merubah sikapnya.
B. Mereka yg dulu senang.
B. Kini mulai membangkang.
A. Mereka yg dulu bersahabat.
B. Kini justru menjerat dan jahat.
A. Mereka yg dulunya memuja.
B. Kini malah mencerca dan menghina.
A. Sungguh kejam.
Sungguh menyakitkan.
Namun itu semua, Baginda terima dengan lapang dada dan jiwa perkasa.
B. Pada suatu hari.
Ketika kaum musyrikin Quraisy tak sanggup lagi menahan kemarahanya karena ulah Baginda.
Maka, diutuslah 10 orang untuk mendatangi kediaman Abu Tholib, mereka berkata.
Quraisy : "Abu Tholib..! Kemenakanmu itu keterlaluan.
Dia sudah berani menjelek-jelekkan berhala.
Dia sudah berani sembahyang dengan cara yg berbeda.
Agama yg diomongkan itu hanyalah tipu muslihat pengaruh dari mantra dan sihirnya.
Karena itu hentikan jangan dibiarkan, sebab Andalah orang yg bisa mencegahnya.
Dan kalau tidak, dia akan celaka.
A. Namun begitulah.
Abu Tholib yg terpandang, ia sanggup menjawab dengan kata-kata yg halus dan diplomatis.
Maka gagallah harapan dan bujukan mereka.
A. Lalu bagaimanakah dengan mereka?
Putus asakah mereka atau tidak?
Kalau tidak, maka langkah apa yg akan ditempuh mereka selanjutnya?
B. Ternyata mereka belum putus asa.
Berbagai cara telah dicoba.
Bahkan setiap orang yg dijumpai dihasut agar turut memusuhi Muhammad.
Tetapi selama itu pula tak menemukan hasìl apa-apa.
Akhirnya mereka mendatangi Abu Tholib yg kedua kalinya.
Quraisy : "Abu Tholib..! Muhammad ternyata tetap mengemandangkan agama barunya, menjelek-jelekkan Tuhan kita dan mencaci maki agama nenek moyang kita.
Hentijan Muhammad itu.
Kalau tidak, terpaksa kami akan memeranginya sampai dia musnah dari muka bumi".
A. Bagai halilintar menyambar, ancaman itu membuat Abu Tholib tersentak hatinya.
Setelah utusan Quraisy pergi, ia pun memanggil Muhammad dan menceritakan ancaman orang musyrik. Lalu berkata:
Abu Tholib : "Anakku... Pertimbangkanlah keselamatanmu, dan keselamatan keluarga kita.
Sebab mereka tidak main-main untuk melaksanakan ancaman itu, Muhammad".
Muhammad : "Wahai paman... Seandainya mereka meletakkan matahari dan rembulan di kanan-kiriku agar aku berhenti berdakwah, aku akan tetap maju.
Bagiku hanya ada dua pilihan.
Maju sampai Allah memenangkan agama Islam atau aku gugur dalam pertempuran".
B. Lalu Baginda Nabi memeluk pamannya sambil menangis.
Beliau mengira bahwa kini pamannya mulai terhasut.
Dan ketika Nabi hendak meninggalkannya karena perasaan kecewa.
Sang paman buru-buru memanggilnya.
Abu Tholib : "Anakku Muhammad..!"
B. Nabipun diam sesaat, lalu menoleh.
Muhammad : "Ada apa paman, apakah paman akan menyerahkan diriku kepada orang-orang musyrikin..?
Abu Tholib : "Tiidak... Wahai anakku. Kalau engkau tetap pada pendirianmu, lanjutkanlah perjuanganmu. Demi Allah aku senantiasa di belakangmu"
A. Akhirnya Sang Baginda pun gembira dan bersyukur atas penegasan pamannya.
B. Mendengar itu orang-orang KUFFAR semakin beringas.
Lalu mendatangi Abu Tholib yg ketiga kalinya, sambil membawa pemuda tampan rupawan yg bernama Umaroh bin Al Walib bin Mughiroh. Mereka berkata:
Quraisy : "Hai Abu Tholib...! Ini Umaroh bin Al Walid, dia tampan, manis dan cerdas. Kami serahkan dia kepadamu. Dia inilah yg akan membantu segala pekerjaanmu, pasti kamu akan puas dengannya.
Tetapi, sebagai imbalannya serahkan Muhammad kepada kami.
Sebab kemenakanmu itulah yg menghina nenek moyang kita. Bahkan memecah belah persatuan bangsa Quraisy".
Abu Tholib : "Tidak... Muhammad tidak akan pernah aku tukar dengan apapun dan siapapun.
Dan kini, jika kalian bersekongkol untuk melawan.
Silahkan...
Aku senantiasa berdiri di belakang Muhammad".
A. Begitulah kepribadian Baginda.
Yang teguh bak karang di Samudera.
Hingga Abu Tholib pun mengikuti jejak langkahnya.
B. Maha Besar Engkau Ya Allah Ya Rabb.
Yang menciptakan insan sempurna.
Berdiri mencabik-cabik angkara murka.
Menumbangkan dan menggulingkan penguasa yg tak berhati manusia.
Dan menghibur kaum lemah yg masih trauma.
A. Ya Allah, Ya Qowiyyu, Ya Matiin.
Berilah kekuatan kepada hamba.
Karena manusia hanyalah makhluk tak berdaya.
Yang tak punya kemampuan apa-apa.
B. Tanpa pertolongan-Mu.
Tanpa rengkuhan kasih sayang-Mu.
Tentu kami tergilas roda dunia.
Dari masa kemasa, dan sepanjang masa.
A. Teguhkanlah ke-IMAN-an di dada.
Kuatkanlah dari coba dan goda.
Hanya Engkaulah Maha Perkasa tiada bandingnya.
Aamien.
(Allahumma Sholli 'Alaa Muhammad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar