Di malam bertabur aroma dian kebahagiaan.
Kusajikan bagian sejarah menakjubkan.
Kehidupan yg memancar keagungan.
Ketinggian dan keluarbiasaan.
Namun dibalik itu bermuara gelombang kecemasan.
Badai kepedihan dan taufan kegetiran.
Siklus hidup yg menuntut keampuhan.
Kemampuan dan kesholehan.
Juga kepahlawanan dan penderitaan.
Perjuangan serta pengorbanan.
Si Pejuang gagah perkasa.
Anggun mulia mempesona.
Kilatan pedagnya bak sambar halilintar.
Bumi goyah goncang bergetar.
Gunung-gunung menggelegar.
Gedung-gedung bagai bongkar.
Siapakah dia..???
Dialah...! Si empunya dan pemilik "PEDANG DZUL FIQAR".
Ali bin Abi Tholib, yg berjuluk "HAIDAR"
A. Betapa indahnya alam ini.
Betapa besarnya anugerah Ilahi.
Betapa cantiknya panorama alami.
Betapa asyik dendang musik hati.
Betapa, betapa bahagia sanubari.
B. Alangkah syahdu nyanyian alam.
Alangkah merdu kicau burung aneka ragam.
Alangkah eloknya sang dewi tiada muram.
Alangkah sejuk semilir angin menerpa alam.
Alangkah fantastis suasana di ketinggian makam.
A. Aduhai pesona semesta alam ajang ikhtibar.
Aduhai harumnya wangi cinta dikelopak mawar.
Aduhai manisnya hidup penuh pancar iman bersinar.
Aduhai mesranya denting nyanyian sang fajar.
Aduhai, aduhai bahna alam menggelegar.
B. Rasulullah pernah bersabda.
Barang siapa...
Menjadikan diriku sebagai pemimpinnya.
Tentu akan menjadikan Ali sebagai pemimpinnya.
Memang dia...
Pemimpin sebenarnya tiada tara.
Pemimpin laga demi laga.
Pemimpin dalam macam arena.
Pemimpin dalam ragam suasana.
A. Memang Dia.
Penegak panji-panji agama.
Penegak bendera susila.
Pelurus jejak langkah manusia.
Pencetus warna-warni disiplin ilmiah.
B. Memang Dia.
Pengagas grammar Arabiyah.
Penegas penanggalan Hijriyah.
Oh, Sang Ali Karromallahu Wajiah.
Dikau mahkota surya.
Betapa agung dikau duhai puspita.
Namamu menyembur luas bak ombak samudera.
A. Si Ali putra asuhan wahyu.
Yang telah pergi berlalu.
Namun tetap hadir selalu.
Islam melekat di hatinya kala genap usia sepuluh.
Menerimanya tanpa bimbang dan ragu.
Keislamannya bermula seusai saksikan saudara sepupu.
Baginda Nabi laksanakan sholat, ibadah penghulu.
Ia bertanya...
Ali : Wahai anak pamanku Muhammad.
Apa yg anda lakukan barusan..?
Nabi : Aku melakukan sholat, bersembah sujud kepada Allah Robbul 'Alamin.
Ali : Siapakah Robbul 'Alamin itu..?
Nabi : Ali saudaraku.
Dia adalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Tiada sekutu bagi-Nya.
Maha Pencipta dan Penguasa.
Yang Menghidupkan.
Dan mematikan.
Dan Dia Maha Kuasa.
Atas segala sesuatu.
Ali : Muhammad saudaraku.
Aku percaya semua itu.
Nabi : Ali... Memang itulah yg hak dan benar.
A. Itulah Ali yg sesungguhnya.
Spontan menyatakan keislamannya.
Tanpa bimbang ragu, dan syak wasangja.
Begitu segar...tegar...
Imannya tak tertukar...
B. Setelah usia dewasa.
Ali benar-benar seorang ksatria.
Pahlawan handal tiada bandingnya.
Keperkasaannya...
Keberaniannya...
Bikin kecut dan gentar musuhnya.
A. Memang...
Tiada pedang yg betul-betul hebat.
Selain pedang "DZUL FIQAR" terdahsyat.
Tiada pemuda nan gagah berani.
Selain Sayyidina Ali...
Terbukti dalam sebuah adegan laga.
Konfrontasi Ahzaab...
©Ketika kota Madinah dikepung oleh 24.000 tentara dibawah pimpinan Abu Sufyan, maka Salman Al Farisi memberi saran agar menggali parit disekeliling kota.
Akhirnya pasukan Quraisy benar-benar terhambat parit untuk menerobos pasukan Muslimin.
Tapi pasukan berkuda yg di pimpin Amr bin Abdu Wud berhasil menyeberang parit dan berada dihadapan kaum muslimin serta menantang dengan angkuh dan kecongkakan.
Amr : Hahaha... Pasukan kita berhasil.
Bukan Amr kalau tak mampu menerjang parit ini.
Hahaha... Hai... Ayo siapa yg mau berduel denganku..???
Ali : Ya Rasulallah...
Biarlah saya yg menandingi dia.
Nabi : Duduklah Ali...! Dia adalah Amr.
Amr : Hai Muslimin...!
Mana itu surga yg akan kalia masuki..?
Bila kalian mati ter bunuh... Hah..?!
Ali : Ya Rasulallah...!
Izinkanlah menghadapinya.
Nabi : Ali... Tenang... Duduklah...!
Dengarkanlah dulu..!
Amr : Hahaha... Hai Muslimin..!
Tak ada yg berani maju.
Rupanya kalian pengecut semua ya.
Ali : Ya Rasulallah..!
Izinkanlah aku menghadapinya..!
Nabi : Ali... Dia adalah Amr.
Ali : Biarpun Amr, aku siapa menandinginya.
Nabi : Baiklah Ali.
Hadapi dia... Dan jaga dirimu.
©Majulah pemuda pemberani, jantan dan perkasa, dengan ayunan langkah tegap dan menghunus pedang "Dzul Fiqar" serta diiringi doa Rasululallah SAW.
Ali : Hai Amr... Bukankah engkau pernah berjanji, bahwa engkau akan menerima ajakan seorang keturunan Quraisy untuk menempuh salah satu diantara dua jalan hidup.
Amr : Iya... Kenapa..?!
Ali : Nah sekarang aku mengajakmu untuk mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan masuk Islam.
Amr : Aku tidak membutuhkan itu !
Ali : Kalau begitu, mari kita bertanding.
Amr : Hahaha... Hai anak ingusan, kau masih ingusan.
Ali : Yang penting kemampuannya, Amr.
Amr : Hai Ali, Si bocah.
Aku tak ingin menumpahkan darahmu.
Ali : Tetapi, demi Allah aku justru ingin membunuhmu.
Amr : Haaa kurang ajar kau Ali.
©Demikian gesit dan tangkasnya Amr mengayunkan pedang.
Tetapi Imam Ali tak kalah hebatnya.
Amr yg sejak semula meremehkan lawan.
Ternyata sia-sia belaka dalam mengerahkan segala kekuatan ototnya untuk menebas leher Imam Ali.
Kesempatan yg meleset itu dipergunakan sebaik-baiknya.
Imam Ali mengelak, menangkis dan menyerang.
Dengan gerak beruntun secara kilat.
Pada saat Amr kehilangan keseimbangan badan.
Pedang Dzul Fiqar yg diayunkan Ali.
Menyambar bahu kanan Amr hingga terbelah dua.
Pendekar kebanggaan Quraisy itu jatuh dari atas kuda.
Tersungkur ke tanah dan bersimbah darah.
Tamatlah riwatnya.
"Allahumma Sholli 'Alaa Muhammad"
Kusajikan bagian sejarah menakjubkan.
Kehidupan yg memancar keagungan.
Ketinggian dan keluarbiasaan.
Namun dibalik itu bermuara gelombang kecemasan.
Badai kepedihan dan taufan kegetiran.
Siklus hidup yg menuntut keampuhan.
Kemampuan dan kesholehan.
Juga kepahlawanan dan penderitaan.
Perjuangan serta pengorbanan.
Si Pejuang gagah perkasa.
Anggun mulia mempesona.
Kilatan pedagnya bak sambar halilintar.
Bumi goyah goncang bergetar.
Gunung-gunung menggelegar.
Gedung-gedung bagai bongkar.
Siapakah dia..???
Dialah...! Si empunya dan pemilik "PEDANG DZUL FIQAR".
Ali bin Abi Tholib, yg berjuluk "HAIDAR"
A. Betapa indahnya alam ini.
Betapa besarnya anugerah Ilahi.
Betapa cantiknya panorama alami.
Betapa asyik dendang musik hati.
Betapa, betapa bahagia sanubari.
B. Alangkah syahdu nyanyian alam.
Alangkah merdu kicau burung aneka ragam.
Alangkah eloknya sang dewi tiada muram.
Alangkah sejuk semilir angin menerpa alam.
Alangkah fantastis suasana di ketinggian makam.
A. Aduhai pesona semesta alam ajang ikhtibar.
Aduhai harumnya wangi cinta dikelopak mawar.
Aduhai manisnya hidup penuh pancar iman bersinar.
Aduhai mesranya denting nyanyian sang fajar.
Aduhai, aduhai bahna alam menggelegar.
B. Rasulullah pernah bersabda.
Barang siapa...
Menjadikan diriku sebagai pemimpinnya.
Tentu akan menjadikan Ali sebagai pemimpinnya.
Memang dia...
Pemimpin sebenarnya tiada tara.
Pemimpin laga demi laga.
Pemimpin dalam macam arena.
Pemimpin dalam ragam suasana.
A. Memang Dia.
Penegak panji-panji agama.
Penegak bendera susila.
Pelurus jejak langkah manusia.
Pencetus warna-warni disiplin ilmiah.
B. Memang Dia.
Pengagas grammar Arabiyah.
Penegas penanggalan Hijriyah.
Oh, Sang Ali Karromallahu Wajiah.
Dikau mahkota surya.
Betapa agung dikau duhai puspita.
Namamu menyembur luas bak ombak samudera.
A. Si Ali putra asuhan wahyu.
Yang telah pergi berlalu.
Namun tetap hadir selalu.
Islam melekat di hatinya kala genap usia sepuluh.
Menerimanya tanpa bimbang dan ragu.
Keislamannya bermula seusai saksikan saudara sepupu.
Baginda Nabi laksanakan sholat, ibadah penghulu.
Ia bertanya...
Ali : Wahai anak pamanku Muhammad.
Apa yg anda lakukan barusan..?
Nabi : Aku melakukan sholat, bersembah sujud kepada Allah Robbul 'Alamin.
Ali : Siapakah Robbul 'Alamin itu..?
Nabi : Ali saudaraku.
Dia adalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Tiada sekutu bagi-Nya.
Maha Pencipta dan Penguasa.
Yang Menghidupkan.
Dan mematikan.
Dan Dia Maha Kuasa.
Atas segala sesuatu.
Ali : Muhammad saudaraku.
Aku percaya semua itu.
Nabi : Ali... Memang itulah yg hak dan benar.
A. Itulah Ali yg sesungguhnya.
Spontan menyatakan keislamannya.
Tanpa bimbang ragu, dan syak wasangja.
Begitu segar...tegar...
Imannya tak tertukar...
B. Setelah usia dewasa.
Ali benar-benar seorang ksatria.
Pahlawan handal tiada bandingnya.
Keperkasaannya...
Keberaniannya...
Bikin kecut dan gentar musuhnya.
A. Memang...
Tiada pedang yg betul-betul hebat.
Selain pedang "DZUL FIQAR" terdahsyat.
Tiada pemuda nan gagah berani.
Selain Sayyidina Ali...
Terbukti dalam sebuah adegan laga.
Konfrontasi Ahzaab...
©Ketika kota Madinah dikepung oleh 24.000 tentara dibawah pimpinan Abu Sufyan, maka Salman Al Farisi memberi saran agar menggali parit disekeliling kota.
Akhirnya pasukan Quraisy benar-benar terhambat parit untuk menerobos pasukan Muslimin.
Tapi pasukan berkuda yg di pimpin Amr bin Abdu Wud berhasil menyeberang parit dan berada dihadapan kaum muslimin serta menantang dengan angkuh dan kecongkakan.
Amr : Hahaha... Pasukan kita berhasil.
Bukan Amr kalau tak mampu menerjang parit ini.
Hahaha... Hai... Ayo siapa yg mau berduel denganku..???
Ali : Ya Rasulallah...
Biarlah saya yg menandingi dia.
Nabi : Duduklah Ali...! Dia adalah Amr.
Amr : Hai Muslimin...!
Mana itu surga yg akan kalia masuki..?
Bila kalian mati ter bunuh... Hah..?!
Ali : Ya Rasulallah...!
Izinkanlah menghadapinya.
Nabi : Ali... Tenang... Duduklah...!
Dengarkanlah dulu..!
Amr : Hahaha... Hai Muslimin..!
Tak ada yg berani maju.
Rupanya kalian pengecut semua ya.
Ali : Ya Rasulallah..!
Izinkanlah aku menghadapinya..!
Nabi : Ali... Dia adalah Amr.
Ali : Biarpun Amr, aku siapa menandinginya.
Nabi : Baiklah Ali.
Hadapi dia... Dan jaga dirimu.
©Majulah pemuda pemberani, jantan dan perkasa, dengan ayunan langkah tegap dan menghunus pedang "Dzul Fiqar" serta diiringi doa Rasululallah SAW.
Ali : Hai Amr... Bukankah engkau pernah berjanji, bahwa engkau akan menerima ajakan seorang keturunan Quraisy untuk menempuh salah satu diantara dua jalan hidup.
Amr : Iya... Kenapa..?!
Ali : Nah sekarang aku mengajakmu untuk mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan masuk Islam.
Amr : Aku tidak membutuhkan itu !
Ali : Kalau begitu, mari kita bertanding.
Amr : Hahaha... Hai anak ingusan, kau masih ingusan.
Ali : Yang penting kemampuannya, Amr.
Amr : Hai Ali, Si bocah.
Aku tak ingin menumpahkan darahmu.
Ali : Tetapi, demi Allah aku justru ingin membunuhmu.
Amr : Haaa kurang ajar kau Ali.
©Demikian gesit dan tangkasnya Amr mengayunkan pedang.
Tetapi Imam Ali tak kalah hebatnya.
Amr yg sejak semula meremehkan lawan.
Ternyata sia-sia belaka dalam mengerahkan segala kekuatan ototnya untuk menebas leher Imam Ali.
Kesempatan yg meleset itu dipergunakan sebaik-baiknya.
Imam Ali mengelak, menangkis dan menyerang.
Dengan gerak beruntun secara kilat.
Pada saat Amr kehilangan keseimbangan badan.
Pedang Dzul Fiqar yg diayunkan Ali.
Menyambar bahu kanan Amr hingga terbelah dua.
Pendekar kebanggaan Quraisy itu jatuh dari atas kuda.
Tersungkur ke tanah dan bersimbah darah.
Tamatlah riwatnya.
"Allahumma Sholli 'Alaa Muhammad"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar