Kamis, 10 Desember 2015

SANG SINGA PADANG PASIR PUN MENANGIS

Bismillah….
Pernahkah kita membaca dalam riwayat akan Umar bin Khattab menangis? Umar bin Khattab terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau Setan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Setan pun menghindar lewat jalan yang lain.
Terlepas dari kebenaran riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan. Mengapa “SI SINGA PADANG PASIR” ini sampai menangis?
Umar pernah meminta izin menemui Rasulullah. Dan Ia mendapatkan Nabi sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras.
“Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku.”
Rasul yang mulia bertanya, “mengapa engkau menangis ya Umar?”
Umar menjawab, “bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas berbantalkan sutera”.
Nabi berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya.”
Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara, tempat berteduh sejenak, untuk kemudian
kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.
Umpamanya kita pulang dari Saudi Arabia, biasanya pesawat mampir sejenak di Singapure dan Abu Dhabi. Anggap saja tempat transit itu, yaitu Singapura dan Abu Dhabi merupakan dunia ini. Apakah ketika transit, kita akan habiskan segala perbekalan kita? Apakah kita akan selamanya tinggal di tempat transit itu?
Ketika kita sibuk shopping ternyata pesawat telah memanggil kita untuk segera meneruskan perjalanan kita.
Ketika sedang terlena dan sibuk dengan dunia ini, tiba-tiba Allah memanggil kita pulang kembali ke sisi-Nya. Perbekalan kita sudah habis, tangan kita penuh dengan bungkusan dosa kita, lalu apa yang akan kita bawa nanti di padang Mahsyar.
Sisakan kesenangan kita di dunia ini untuk bekal kita di akhirat.
Dalam tujuh hari seminggu, mengapa tak kita tahan segala nafsu, rasa lapar dan rasa haus paling tidak dua hari dalam seminggu, kita lakukan ibadah puasa Senin-Kamis.
Dalam dua puluh empat jam sehari, mengapa tak kita sisakan waktu barang satu-dua jam untuk sholat dan membaca Al-Qur’an. Delapan jam waktu tidur, mengapa tidak kita curi 15 menit saja untuk sholat tahajjud.
“Celupkan tanganmu ke dalam lautan,” saran Nabi ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akhirat,
“air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akhirat”.
Bersiaplah, untuk menyelam di “lautan akhirat”. Siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil kita, bila saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangis pun kita tak akan punya waktu lagi.
SubhanAllah … !
Semoga catatan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci. Semoga yang singkat ini bisa memberi pencerahan untuk mengambil ibrah di dalamnya. Aamiin.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar