Ku pandangi seonggok puisiku,
di dalam bentang hidup fatamorgana,
bagai setetes embun,
pada hamparan gurun pasir yg luas peraduan
TUHAN . . .
Sejenak demi waktu yg telah berlalu pergi,
aku rebah dalam kuasamu,
dan . . jarum-jarum jam yg kembali berputar,
memberi harapan baru
Oh . . . kini aku sadar,
jalanku masih panjang untuk sebuah hidup abadi
Dan . . . ketika belantara tersibak,
ketika matahari merona merah,
sekawanan orang,
serentak bangkit menerjang kekinian,
menyongsong masa depan,
sembari HIDAYAHMU TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar