by El Galambirie on Wednesday, March 16, 2011 at 12:55am
(1)
Ia tidak mengira waktu ketika kusebut namanya
tapi yang paling sering apabila
hujan rintik-rintik di luar jendela
beberapa kenangan hinggap di kacanya
garis-garis calar kaca
titis-titis calar awan
semuanya melembutkan perasaan
tetapi amat melukakan.
(2)
Di sebuah pantai kuperhatikan mentari jatuh ke muka laut
aku menyebutnya keindahan dikala senja
di kaki lembayung itu aku menyebut namanya
jikalah kau mentari, lautku kering
jikalah kau hujan, sungaiku banjir
ada suka dan kecewaku pada sikap dan bicaranya
tetapi duka itulah yang lebih mencatatkan rindu yg pilu.
(3)
Demikian lama aku menyembunyikan puisi-puisiku
kecewa atau rindu tanpa sempat kubaca
ia telah membakarnya di bawah hatiku
engkaukah yang terharu ataukah aku yang tetap pilu
kepiluan itulah yang telah membakar bathinku
setiap waktu
(4)
Setiap kali kubaca petikan kata-katamu
Aku punya alasan tersendiri dengan aktingku
Hati dan perasaanku telah tersingkirkan disitu
satu-satunya yang kuinginkan
sayunya bahasa hati, mengertilah...
dari kepedihan yang tidak terucap
berharap engkau menyadari
dari rasa sayangku yang hancur
ada yang lebih sayu dari itu
apabila aku tetap begini
(5)
Ia tampak begitu bersahaja
diam seolah tanpa persoalan atas sikapnya
seperti lembayung yg kukenang suatu keindahan
bagai awan lembutnya menumpaskan
mengingatnya, suaranya adalah ilhamku
membuat larik puisi yg indah dan juga sendu
Dialah kelembutan pertama
yg mampir di senja hatiku
namun janjinya serapuh sayap kupu-kupu yg tersapu gelombang
seperti satu tahun dahulu
sebelum ada rindu yang lain dihatinya
telah kucatatkan rindu
namun kini kembali dihancurkan
inikah arti sebuah SAYANG....???
ataukah sekedar pelarian untuk ke-DUA kalinya???
Ia tidak mengira waktu ketika kusebut namanya
tapi yang paling sering apabila
hujan rintik-rintik di luar jendela
beberapa kenangan hinggap di kacanya
garis-garis calar kaca
titis-titis calar awan
semuanya melembutkan perasaan
tetapi amat melukakan.
(2)
Di sebuah pantai kuperhatikan mentari jatuh ke muka laut
aku menyebutnya keindahan dikala senja
di kaki lembayung itu aku menyebut namanya
jikalah kau mentari, lautku kering
jikalah kau hujan, sungaiku banjir
ada suka dan kecewaku pada sikap dan bicaranya
tetapi duka itulah yang lebih mencatatkan rindu yg pilu.
(3)
Demikian lama aku menyembunyikan puisi-puisiku
kecewa atau rindu tanpa sempat kubaca
ia telah membakarnya di bawah hatiku
engkaukah yang terharu ataukah aku yang tetap pilu
kepiluan itulah yang telah membakar bathinku
setiap waktu
(4)
Setiap kali kubaca petikan kata-katamu
Aku punya alasan tersendiri dengan aktingku
Hati dan perasaanku telah tersingkirkan disitu
satu-satunya yang kuinginkan
sayunya bahasa hati, mengertilah...
dari kepedihan yang tidak terucap
berharap engkau menyadari
dari rasa sayangku yang hancur
ada yang lebih sayu dari itu
apabila aku tetap begini
(5)
Ia tampak begitu bersahaja
diam seolah tanpa persoalan atas sikapnya
seperti lembayung yg kukenang suatu keindahan
bagai awan lembutnya menumpaskan
mengingatnya, suaranya adalah ilhamku
membuat larik puisi yg indah dan juga sendu
Dialah kelembutan pertama
yg mampir di senja hatiku
namun janjinya serapuh sayap kupu-kupu yg tersapu gelombang
seperti satu tahun dahulu
sebelum ada rindu yang lain dihatinya
telah kucatatkan rindu
namun kini kembali dihancurkan
inikah arti sebuah SAYANG....???
ataukah sekedar pelarian untuk ke-DUA kalinya???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar